THE UNPREDICTABLE KILLER
Jangan terkecoh dengan penampilan sesuatu...yang kelihatannya
tenang..gemulai dan lamban dan jinak tetapi mematikan.
Itulah gambaran yang tepat bagi jenis ikan laut yang disebut ikan pari.
Dan korbannya bloggers semua sudah pada tau...Steve Irwin orang Aussie
yang dikenal akrab dan ahli betul bergaul dengan binatang2 buas...
tewas ditempat karena sengatan ikan tersebut.
Ternyata ilmunya dia masih kalah bila dibanding para nelayan di pantai
Tanjung Kait, pantai yang terletak di sebelah utara Tangerang.
Ada banyak jenis ikan pari...dan yang paling ganas racunnya adalah jenis ikan
pari "mengke" begitulah nelayan pantai Tanjung Kait menyebutnya.
Ikan pari ini ukurannya lebih kecil ,warna agak-agak coklat dan
punggungnya berwarna seperti hologram samar.
Di bagian punggung ekornya memiliki dua buah pisau bergrigi
seperti gergaji, kalau menyerang satu pisau akan tanggal dan tetap
menancap di daging korbannya, dan yang satu lagi kokoh menempel di ekornya
dan digunakan untuk merobek daging korbannya.
Jadi sebenarnya yang berbahaya bukan ujung ekornya tetapi kedua bilah
pisau tersebut.
Kalau melihat ikan pari jenis ini nelayan Tanjung Kait tidak akan berani
memasukan anggota tubuhnya ke dalam air,apalagi berenang di dekatnya.
Dan ikan pari jenis ini pula yang membuat aku tersiksa selama hampir
enam jam di perairan kepulauan seribu tiga tahun yang lalu.
Ceritanya aku pergi mancing sendirian karena Fishing Club di tempat kerjaku
lagi pada males melaut. Di panatai Tanjung Kait aku bertemu dengan orang
yang sama-sama mau mancing. Kami sepakat untuk menyewa bagan yaitu
tempat mancing yang terbuat dari bambu berada di tengah laut karena kalau
mancing pake perahu persiapannya kurang lengkap.
Sekitar jam 10 pagi kami sudah sampai di bagan, sedangkan pak jangkung
pemilik perahu balik lagi ke pantai dan kami akan dijemput jam 4 sore.
Baru beberapa menit kailku sudah ada yang narik, tapi lamban sekali
tidak seperti ditarik kebanyakan ikan laut. Aku putar rail pancinganku,
tidak ada perlawanan. Setelah sampai di permukaan barulah ketahuan
ternyata itu ikan pari. Aku pegang bagian depannya,maksudku mau melepas
kailnya, tiba2 ekornya melengkung dan aku baru sadar ada yang menancap
tepat dibelakang sendi jari tengahku menembus urat penopang.
Teman sebaganku panik, dia menyesal terlambat ngasih tau padaku.
Pertama sakitnya sih biasa saja..tapi begitu beberapa menit tanganku
bengkak, menggelembung seperti balon dan menjadi biru.
Segala upaya dilakukan untuk menyembuhkannya mulai dari mengikat
pergelangan tangan, mengoles dengan empedunya sampai merobek
tanganku yang bengkak dengan pisau cutter dan megeluarkan darah
hitamnya...tapi semuanya sia-sia. Badanku jadi demam,ketiak ikut
bengkak dan jantungku terasa sakit, penglihatanku serba merah
aku tak mampu berdiri, seumur hidup aku belum pernah merasakan
sakit seperti itu. Satu-satunya yang membuat aku bertahan
yaitu dengan mengolah napas seperti yang kudapatkan di perguruan
merpati putih, agar tubuhku tetap dapat suplai oksigen yang cukup.
Tapi aku lemas juga menahan sakit berjam-jam sedangkan aku baru
bisa ke darat jam 4 sore...yaa aku mengeluarkan airmata juga akhirnya.
Sempat ada perahu yang lewat dan aku minta temanku untuk
menyetop perahu itu, berapapun akan kubayar yang penting aku
bisa cepat ke daratan, pulau terdekat adalah pulau Rambut, tapi disana
tak ada penghuninya. Nelayan itu menolak..alasannya tanggung mau
nangkap ikan, hmh paling kalau nangkap ikan paling dia dapet duit
berapa..padahal aku sudah niat membayarnya 500 ribu.
Yang tadinya nangis aku jadi tertawa sepuasnya untuk melupakan
penderitaan, betapa tidak dalam penderitaan dan ketersiksaan
begitu susahnya mencari pertolongan.
Akhirnya tepat jam 4 sore aku dijemput pak jangkung,aku dibopong
sudah tak sanggup berdiri. Sesampai di pantai aku minta dibeliin
kelapa hijau dua buah dan aku minum airnya sampai habis, karena
aku pernah di kasih tau kalau air kelapa itu bisa menetralisir racun.
Terus aku dibawa ke pawang, aneh bin ajaib sakitnya reda hanya
dengan ditempel batu milik pawang tersebut.
Beruntung aku cuman tangan yang kena sengatannya, seandainya
dadaku dekat jantung kayak Steve Irwin..mungkin aku hanya tinggal
nama.
Jangan terkecoh dengan penampilan sesuatu...yang kelihatannya
tenang..gemulai dan lamban dan jinak tetapi mematikan.
Itulah gambaran yang tepat bagi jenis ikan laut yang disebut ikan pari.
Dan korbannya bloggers semua sudah pada tau...Steve Irwin orang Aussie
yang dikenal akrab dan ahli betul bergaul dengan binatang2 buas...
tewas ditempat karena sengatan ikan tersebut.
Ternyata ilmunya dia masih kalah bila dibanding para nelayan di pantai
Tanjung Kait, pantai yang terletak di sebelah utara Tangerang.
Ada banyak jenis ikan pari...dan yang paling ganas racunnya adalah jenis ikan
pari "mengke" begitulah nelayan pantai Tanjung Kait menyebutnya.
Ikan pari ini ukurannya lebih kecil ,warna agak-agak coklat dan
punggungnya berwarna seperti hologram samar.
Di bagian punggung ekornya memiliki dua buah pisau bergrigi
seperti gergaji, kalau menyerang satu pisau akan tanggal dan tetap
menancap di daging korbannya, dan yang satu lagi kokoh menempel di ekornya
dan digunakan untuk merobek daging korbannya.
Jadi sebenarnya yang berbahaya bukan ujung ekornya tetapi kedua bilah
pisau tersebut.
Kalau melihat ikan pari jenis ini nelayan Tanjung Kait tidak akan berani
memasukan anggota tubuhnya ke dalam air,apalagi berenang di dekatnya.
Dan ikan pari jenis ini pula yang membuat aku tersiksa selama hampir
enam jam di perairan kepulauan seribu tiga tahun yang lalu.
Ceritanya aku pergi mancing sendirian karena Fishing Club di tempat kerjaku
lagi pada males melaut. Di panatai Tanjung Kait aku bertemu dengan orang
yang sama-sama mau mancing. Kami sepakat untuk menyewa bagan yaitu
tempat mancing yang terbuat dari bambu berada di tengah laut karena kalau
mancing pake perahu persiapannya kurang lengkap.
Sekitar jam 10 pagi kami sudah sampai di bagan, sedangkan pak jangkung
pemilik perahu balik lagi ke pantai dan kami akan dijemput jam 4 sore.
Baru beberapa menit kailku sudah ada yang narik, tapi lamban sekali
tidak seperti ditarik kebanyakan ikan laut. Aku putar rail pancinganku,
tidak ada perlawanan. Setelah sampai di permukaan barulah ketahuan
ternyata itu ikan pari. Aku pegang bagian depannya,maksudku mau melepas
kailnya, tiba2 ekornya melengkung dan aku baru sadar ada yang menancap
tepat dibelakang sendi jari tengahku menembus urat penopang.
Teman sebaganku panik, dia menyesal terlambat ngasih tau padaku.
Pertama sakitnya sih biasa saja..tapi begitu beberapa menit tanganku
bengkak, menggelembung seperti balon dan menjadi biru.
Segala upaya dilakukan untuk menyembuhkannya mulai dari mengikat
pergelangan tangan, mengoles dengan empedunya sampai merobek
tanganku yang bengkak dengan pisau cutter dan megeluarkan darah
hitamnya...tapi semuanya sia-sia. Badanku jadi demam,ketiak ikut
bengkak dan jantungku terasa sakit, penglihatanku serba merah
aku tak mampu berdiri, seumur hidup aku belum pernah merasakan
sakit seperti itu. Satu-satunya yang membuat aku bertahan
yaitu dengan mengolah napas seperti yang kudapatkan di perguruan
merpati putih, agar tubuhku tetap dapat suplai oksigen yang cukup.
Tapi aku lemas juga menahan sakit berjam-jam sedangkan aku baru
bisa ke darat jam 4 sore...yaa aku mengeluarkan airmata juga akhirnya.
Sempat ada perahu yang lewat dan aku minta temanku untuk
menyetop perahu itu, berapapun akan kubayar yang penting aku
bisa cepat ke daratan, pulau terdekat adalah pulau Rambut, tapi disana
tak ada penghuninya. Nelayan itu menolak..alasannya tanggung mau
nangkap ikan, hmh paling kalau nangkap ikan paling dia dapet duit
berapa..padahal aku sudah niat membayarnya 500 ribu.
Yang tadinya nangis aku jadi tertawa sepuasnya untuk melupakan
penderitaan, betapa tidak dalam penderitaan dan ketersiksaan
begitu susahnya mencari pertolongan.
Akhirnya tepat jam 4 sore aku dijemput pak jangkung,aku dibopong
sudah tak sanggup berdiri. Sesampai di pantai aku minta dibeliin
kelapa hijau dua buah dan aku minum airnya sampai habis, karena
aku pernah di kasih tau kalau air kelapa itu bisa menetralisir racun.
Terus aku dibawa ke pawang, aneh bin ajaib sakitnya reda hanya
dengan ditempel batu milik pawang tersebut.
Beruntung aku cuman tangan yang kena sengatannya, seandainya
dadaku dekat jantung kayak Steve Irwin..mungkin aku hanya tinggal
nama.
4 Comments:
alhamdulillah masih bisa selamat *mengelus dada*
masih butuh aer kelapa??
aku manjat pohonnya dulu ya...
*halah..paan sih ini?
komen gak mutu*
kang, pasang shoutbox atuh...
n pasang foto :-D
damang?
ehh keingatan kemaren di sea world ekor pari nya juga di potong kata mbak2 nya klo kena bisa mati
btw beneran nih mo ajak aku ke sea world ?
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home